Thursday, June 30, 2016

Pengembangan Wisata Danau Toba



Sangat menggembirakan bagi masyarakat Batak dengan adanya perhatian khusus Presiden Jokowi yang akan menjadikan Kawasan Danau Toba dan sekitarnya menjadi Bali ke-II di Indonesia. Perhatian khusus ini tentu mengarah ke perbaikan kesejahteraan penduduk sekitarnya, dengan derasnya kunjungan wisatawan tentu akan menambah penghasilan masyarakat.
Kegembiraan ini janganlah hanya sesaat dan di bibir saja. Harus disambut dengan tangan terbuka dan hati yang terbuka pula. Masyarakat harus mempersiapkan diri terhadap perubahan demi perubahan yang akan terjadi kelak, jika pengembangan kawasan ini mulai bergulir.
Kesiapan masyarakat harus menyeluruh dan menyentuh segala bidang.
Yang pertama adalah kesiapan mental. Masyarakat secara mental harus bisa beradabtasi dengan pendatang (wisatawan) agar mereka betah, nyaman tidak merasa terusik oleh penduduk lokal sehingga mereka yang datang menjadi iklan berjalan. Dimana iklan berjalan (promosi dari mulut ke mulut) merupakan publikasi yang sangat efektif kalau gak boleh dibilang paling efektif. Jika mereka merasa betah dan nyaman akan berpromosi yang baik, dan sebaliknya jika mereka merasa tidak nyaman akan berpromosi yang buruk. Semua lapisan masyarakat harus siap mental, mulai dari pelaku bisnis (makanan, transportasi, akomodasi/penginapan, dll), pemerintah (mulai dari RT, Kepala Desa/Lurah, Camat, Bupati), dan kelompok2 masyarakat yang ada di Bona Pasogit. Para pelaku bisnis memegang peranan paling penting dalam kesiapan mental. Harga-harga atau tarif-tarif harus terstandardisasi. Janganlah misalnya jika pendatang baru, tarif makanan, peginapan dan transportasi dibuat tinggi. Normal-normal saja, baik ke penduduk lokal pun ke pendatang (wisatawan) sama ratakan saja. Bagi pelaku bisnis layanan jasa, kesiapan mental juga sangat dipertaruhkan. Yang menjadi Guide jadilah guide yang baik dan sopan, jangan merugikan kliennya, satu biji sendal wisatawan pun jangan sampai hilang. Yang menyediakan akomodasi/ penginapan persiapkan mental dengan pelayanan yang prima dan membuat nyaman para pendatang.
Kedua adalah kesiapan infrastruktur.
Pemerintah sangat memegang peranan penting dalam hal ini. Pembangunan infrastruktur bisa-bisa saja digelontorkan dari atas, tapi perawatannya dipegang oleh pemerintah lokal (setempat). Dalam hal ini pemerintah terendah (Kepala Desa) lah yang sangat berperan aktif. Jalan berlubang akan sangat menyusahkan pendatang (wisatawan). Jalan-jalan yang menghubungkan satu daerah wisata ke daerah wisata lainnya haruslah tetap dalam kondisi prima. Lampu-lampu penerangan jalan juga tidak boleh luput dari pemeliharaan.
Ketiga adalah kesiapan informasi.
Dunia saat ini sudah dibalut dengan teknologi informasi yang canggih. Pun di kawasan Danau Toba hal ini menjadi sangat penting. Saat ini masih banyak lokasi di sekitarDanau Toba yang tidak terjangkau oleh jaringan telekomunikasi. Harus menjadi perhatian yang serius tentang hal ini.
Keempat adalah kesiapan komunikasi.
Kesiapan ini termasuk dalam hal kemampuan bahasa. Masyarakat mau tidak mau harus beradaptasi dengan bahasa-bahasa pendatang, agar mereka lebih kerasan datang dan berwisata di Danau Toba. Pun keramah tamahan harus ikut medukungnya.
Kelima adlah kesiapan Budaya (Culture)
ini menjadi sangat penting, karena orang Batak sangat sulit menerima budaya baru, tapi begitu menerimanya budaya lama nyaris hilang. Kita tidak boleh alergi terhadap budaya baru, tapi sebaliknya kita harus mempertahankan budaya lokal. Karena budaya lokal yang selama ini berada di masyarakat merupakan alat perekat penduduk setempat. Untuk memproteksi eksistensi Bangso Batak, kiranya tanah-tanah yang ada janganlah dijual ke investor. Jika investor mau menanamkan modal di sana, disewakan sajalah tanahnya.

No comments: