Friday, December 11, 2015

Revolusi Mental (Tobat Nasional)

Masih segar di ingatan kita, salah satu ucapan yang direlease oleh Bapak Jokowi (ketika itu Kandidat Presiden RI) adalah Revolusi Mental. Beliau pasti paham betul dengan ucapannya terhadap situasi kondisi mental bangsa yang kian jauh dari cita-cita luhur pendiri Republik ini, yakni menciptakan Negara yang makmur, sejahtera. aman dan nyaman bagi seluruh rakyat Indonesia. Di tengah gejolak politik Nasional dan Internasional, perilaku para pemangku jabatan sudah semakin jauh dari sikap melayani, sebaliknya harus dilayani oleh rakyat. Tentu hal ini sangat bertentangan dengan semangat dan cita-cita para pejuang yang merebut kemerdekaan, hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.

Tatkala ucapan "Revolusi Mental" digulirkan, tidak sedikit yang mencibir bahkan meremehkan ucapan itu, seolah-olah itu hanyalah mimpi-mimpi belaka, karena sulit diwujud nyatakan, terlalu maya di sebagian pikiran orang. Berbeda dengan mayoritas rakyat yang mendambakan keadilan, kesejahteraan dan kesetaraan hidup, ucapan itu seakan menjadi sebuah roh perjuangan, semangat kebersamaan, bahwa di dalam ucapan "Revolusi Mental" terkandung sebuah semangat yang menyala-nyala untuk merubah kondisi bangsa yang sedang mengalami ketimpangan yang sangat tingg, baik ketimpangan sosial apalagi ketimpangan ekonomi. Harapan baru bagi rakyat ekolem (ekonomi lemah) seakan terbit bagaikan mentari pagi dengan adanya ucapan itu. Terbukti dengan bergegasnya masyarakat yang tadinya apatis menjadi optimis, menyongsong kedatangan pemimpin baru, sumbangsih mereka tidak bisa dianggap remeh, bahkan dana untuk menghadirkan pemimpin baru mengalir dari masyarakat terpinggirkan itu, mulai dari partisipasi 5.000 rupiah hingga ratusan ribu rupiah berdatangan. Inilah harapan baru, dengan pola hidup yang akan dibuat baru, dibekali semangat Revolusi Mental.

Kini, ada yang masih apatis dengan beliau, masih ada yang pesimis dengan langkah-langkah yang diambil beliau, tapi juga banyak yang terperangah takjub dengan hasil kinerjanya, bahkan pemimpin dunia pun banyak yang mengakui hasil kinerjanya. Tentu dengan ketulusan, kerja keras, dan kejujuran lah yang dikedepankan dalam menjalankan tugas2nya sebagai orang nomor satu di Republik Indonesia tercinta ini. Tauladan yang diberikannya dengan kinerjanya itulah contoh Revolusi Mental yang di releasenya waktu kampanye tahun lalu. Adakah elit2 atau pejabat2 yang sudah mengikuti langkahnya? Mungkin sudah ada, tapi yang belum mengikutinya? Mungkin lebih banyak. Kita harus objektif melihat, ada lembaga negara yang tidak melaksanakan fungsi semestinya, malah merambah ke fungsi lembaga lain. Itu fakta, bukan isu.

Revolusi Mental adalah semacam pertobatan nasional. Di segala bidang kita harus merevolusi mental. Contoh nyata di masyarakat, buang sampah apakah sudah semestinya? berkendaraan apakah sudah pas di jalur masing2? berjualan sudahkan pada lokasi semestinya? dalam hal memilih wakil atau pemimpin, masihkah kita mengharapakan duit yang tidak seberapa itu?. Banyak hal yang musti kita benahi bersama dalam rangka Revolusi Mental atau Tobat Nasional ini.

Presiden Jokowi adalah manusia biasa, punya keterbatasan di balik kelebihannya. Dia tidak boleh sendirian, dia tidak mampu merevolusi mental bangsa ini tanpa keikut sertaan seluruh lapisan masyarakat. Terlalu berat beban yang dipikulnya dalam kesendiriannya, padahal manfaat dari karya2nya adalah demi seluruh masyarakat.

Sadar atau tidak, setuju atau bertolak belakang, Revolusi Mental sangat diperlukan dalam membenahi keterpurukan bangsa ini. Tentu tidak serta merta dalam waktu singkat kelihatan hasilnya, biar lambat asal selamat kata ungkapan klasik, itu lebih baik daripada kelihatan cepat tapi tidak tepat. Manfaat Revolusi Mental tidak sama dengan makan cabe, begitu dimakan langsung pedas tapi pedasnya cepat hilang.

Semoga!





No comments: