Saturday, August 20, 2016

Diaspora kembalilah






Himbauan Presiden Jokowi agar Diaspora kembali ke negeri ini untuk ikut serta membangun bangsa ini patut dihargai. Karena negeri ini sangat membutuhkan ahli di bidang masing-masing untuk melaksanakan ide Jokowi untuk membangun Indonesia yaitu dengan langkah percepatan. Pondasi pembangunan yang berdampak puluhan tahun ke depan sudah dibangun oleh Jokowi, tinggal percepatan yang dibutuhkan agar hasil pembangunan yang digagas dan diterapkan tidak terlalu ama ditunggu oleh rakyat Indonesia.
Belajar dari situasi yang agak rumit Archandra, yang adalah salah satu putra bangsa yang brilian di bidangnya dan tergolong langka ilmunya tapi niat baiknya terganjal oleh undang2 kewarganegaraan kita. Di sini perlu lah para legislator menimbang dan membahas perlu nya diterapkan status warga negara ganda. Tentu dengan persyaratan yang ketat dan ditujukan bagi orang2 diaspora yang berprestasi tinggi dan ilmunya dapat diterapkan memajukan bangsa ini. Janganlah pula nanti status warga negara ganda diberikan kepada bandar narkoba, koruptor, teroris dan pemecah belah kesatuan bangsa.
Seberapa besarkah potensi kemajuan negara ini jika kaum diaspora kembali dan membaktikan ilmunya di sini? Mungkin ukuran atau besarannya tidak dapat ditunjukkan dengan angka, tapi potensi itu pasti ada dan besar.
Adanya himbauan ini mengingatkan saya dengan program Gubernur Sumut dulu dengan Martabe (marsipature hutana be = memperbaikai kampung halaman masing-masing). Kala itu Gubernurnya Rajainal Siregar mungkin melihat para perantau dari Sumut sudah banyak yang sukses di daerah masing-masing, tapi kampung halamannya tidak ada perubahan, bahkan semakin terpuruk karena hobby merantau orang2 Sumut terus berlanjut, dan tinggallah orang2 tua yang jompo di kampung halaman. Gerakan yang dicanangkan oleh Gubsu ini tidak terlalu terasa gregetnya, karena para perantau masih terbiasa dengan kebiasaan masing2 yakni disitu bumi dipijak disitu langit dijunjung, sukses di daerah perantauan hanya terasa di daerah mereka tinggal bukan di kampung halamannya.
Apa dan mengapa gerakan martabe tidak sukses berlalu begitu saja, mungkin tidak ada yang memberi perhatian khusus ke arah itu. Ada kemungkinan gerakan itu kurang berhasil, karena penggerak roda ekonomi di Sumut tidak digalakkan, infrastruktur terutama tidak dibenahi, berakibat pada semangat para perantau untuk membangun kampung halamannya jadi kendur. Niat yang mulai ada untuk melirik kampung halaman menjadi pudar, karena sarana transportasi (jalan penghubung) antar desa sangat minim.
Demikian pula mungkin dengan himbauan presiden kita saat ini kepada kaum diaspora, jika mereka pulang sudah siapkah sarana dan prasarana yang mereka butuhkan untuk membaktikan ilmunya demi kemajuan bangsa ini? Ibarat pepatah harus ada gayung bersambut, mereka datang dengan segudang pengalaman, kiat disini menyediakan sarana mereka.
Kaum diaspora, kembalilah, Lihat lah dan rasakan lah kondisi bangsa kita ini, kalau bukan kita siapa lagi yang memajukan bangsa ini?

No comments: