Friday, September 30, 2016

Kebaktian Wilayah (Partangiangan Weijk)



Saya sering merasa bosan dengan kebaktian wilayah, karena khotbah-khotbah di hari Minggu terasa sangat menyuburkan Iman.
Tapi pernah suatu ketika, dengan semangat yang minim aku ikut kebaktian wilayah tergugah dengan khotbah yang dibawakan oleh pendeta diperbantukan di gereja kami, dengan uraian yang saya coba ingat-ingat kembali.
Tentang kedekatan Timotius dengan Paulus yang kala itu Paulus sedang dipenjara karena Iman nya. Di sana Paulus memberi 3 poin (disarikan) oleh pendeta dari nats yang dibaca, yakni:
1. Memperkokoh tali persaudaraan dengan orang-orang seiman.
    Di situ digambarkan bahwa rasa persaudaraan seiman akan melebihi rasa persaudaraan se darah, se suku atau sekumpulan orang-orang yang mmenyatu oleh latar belakang tertentu. Memperkokoh tali persaudaraan dimaksud bukan lah sesuatu yang eksklisif, menganggap orang lain menjadi asing dan hanya mementingkan orang-orang yang se iman. Kekuatan persaudaraan dimaksud lebih pada saling mendoakan, saling mengingatkan dan saling menguatkan tanpa harus terpisah dari pergaulan sekeliling.

2. Mewariskan Iman kepada anak cucu.
   Satu hal yang menarik dalam ulasan Pendeta kami, kita dimungkinkan meinta dipanjangkan umur oleh Tuhan dengan permohonan, biarlah umur saya ditambahkan lagi agar saya masih ada kesempatan mewariskan Iman saya kepada anak cucu, dengan bekal doa dan pembinaan Iman kepada mereka plus teladan Iman kita kelak diwariskan oleh anak cucu. Hal yang mana pernah dimohon oleh Hiskia kepada Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab.

3. Iman yang tangguh,
   Iman kita tidak perlu meniru tanaman seperti di pot. sebentar pindah pot sini, sebentar pindah pot sana. Jika seperti itu adanya, Iman kita tidak akan bertumbuh malah akan tetap kerdil seperti bonsai dalam pot bunga. Kita tidak boleh cengeng, selelu merengek kepada Tuhan. Justru ketangguhan Iman lah yang akan selalu menguatkan kita di mana pun berada, dan Tuhan akan menambahkan segala sesuatunya kepada kita sesuai dengan kehendaknya saja.

Tiga poin yang dipaparkan oleh Pendeta kami ini membuat diriku sedikit agak malu dengan sikap malas ke kebaktian wilayah (Partangiangan Weijk)

Semoga di kebaktian-kebaktian wilayah selanjutnya rasa malas itu akan terkikis.

Tuhan dipermuliakan.

Friday, September 23, 2016

Menakar muatan gerbong Pilkada DKI 2017

Kemungkinan besar gerbong Pilkada DKI 2017 akan ada 3, yakni Petahana (Ahok-Jarot), Poros Cikeas (Agus B.H-Silviyana Murni) dan Koalisi Gerindra-PKS (Sandi Uno- ......).



Bagi petahana, menang kalah tidak menjadi persoalan utama. Ahok sering melontarkan itu di depan umum, Bahwa jabatan buat dia adalah amanah, tidak jadi gubernur pu tidak jadi masalah asal ada calon yang lebih baik dari dia. Gerbong Ahok bagaikan magnet yang dikelilingi bijih besi, makin bergerak makin banyak yang mendekat lalu nempel. Satu juta lebih KTP telah terkumpul oleh anak-anak muda yang menamakan diri Teman Ahok. Mereka bergerak bagaikan semut, pelan namun pasti satu persatu KTP penduduk DKI terkumpul dari hari ke hari, minggu ke minggu, pengumpulan KTP terus berjalan hingga mencapai satu juta lebih, ibarat makanan semut yang diseret satu persatu ke sarangnya, sedikit demi sedikit lama-lama membukit. Hingga akhirnya Teman Ahok percaya diri mengusung Ahok lewat jalur independen. Perjuangan tidak mulus, para pemangku pembuat undang2 menghardik kehadiran teman ahok dengan persyaratan proses verfikasi KTP diberi waktu yang sangat minim yakni 3 hari. itu juga dengan metode sensus, satu persatu ke alamat bersangkutan.
Dalam situasi agak tertekan di kalangan Teman Ahok, datang partai Nasdem mengulurkan tangan akan mendukung Ahok dengan tanpa syarat mau lewat jalur independen atau parpol, Nasdem mendukung penuh Ahok, lalu disusul oleh partai Hanura terakhir partai Golkar, memberi dukungan tanpa syarat.
PDIP sebagai pemasok kursi terbanyak di DPRD DKI bermain cantik, dengan menggelar penjaringan calon, pelaksanaan sekolah partai, dan bersilang pendapat para kader di media massa, ujung-ujungnya memutuskan mencalonkan Ahok.
Gerbong Ahok sangat gemuk, karena setiap gerbongnya bergerak banyak yang mendekat lalu nempel. Pada pendaftaran calon Gubernur, Ahok kembali menegaskan sikap nasionalismenya dengan mengajak para calon plus pendukung calon untuk beradu program bukan beradu sara. Dan gerbong ini jelas arahnya yakni menjadi pemimpin DKI dengan segala program yang telah ada untuk memajukan DKI. DKI menjadi sangat strategis untuk dibicarakan, karena merupakan etalse Indonesia. Jakarta lah gambaran mini Indonesia.
Kelihatannya kekuatan gerbong ini adalah untuk DKI, tidak akan meloncat ke RI 1, tapi ada sebagaian para pendukungnya mengharapkan gerbong ini bisa membawa Ahok ke jenjang yang lebih tinggi lagi, ya mungkin ke RI 2.


Gerbong Poros Cikeas kelihatannya lebih ramping, karena hanya diisi oleh beberapa Parpol saja tanpa relawan. Kekuatan gerbong ini kelihatannya hanya mengandalkan kekuatan mesin partai plus jual nama mantan presiden.
Poros ini membuat kejutan, karena selama ini adem ayem saja, tapi tiba-tiba dalam pengumumannya menghadirkan sosok yang tidak diperhatikan publik selama ini. Agus B.H. yang merupakan prajurit TNI berpangkat Mayor, dan sedang menjabat Danyon di salah satu Yonif.
Hadirnya Agus B.H. sementara menghadirkan analisa awam publik, akan mengikuti jejak Bapak Jokowi dari gubernur DKI melonjak ke RI 1. Kelihatannya sang Pangeran Cikeas ini kelak akan digadang ke RI 1, jika nanti bisa memenangkan pertandingan di DKI. Dan jikapun tidak keluar sebagai pemenang, anggap saja ini pemanasan ringan untuk kemunculannya di hadapan publik.
Menarik untuk diikuti, jika kelak menjadi gubernur, maka pangkat tertinggi di ketentaraannya akan mentok di pangkat Mayor. Pertanyaan akan muncul, jika digadang ke RI 1, relakah para Jenderal nantinya akan dipimpin oleh pensiunan dini Mayor?. Nanti akan terjawab jika skenario berjalan. Publik juga akan mengikuti jejak langkahnya, akan kah bisa melepas bayang-bayang nama besar Bapak mantan Presiden RI ke-6 itu?. Jawabannya sama, nanti akan terjawab di perjalanan karier politik sang Pangeran.



Gerbong ketiga, yang belum muncul juga ke permukaan adalah Koalisi Gerindra-PKS dengan Sandi Uno menjadi salah satu jagoannya. Gerbong ini kelihatannya belum bergerak, mungkin penentuan masinis yang akan menjalankan gerbong masih dalam tahap pembahasan. Kondisi perampungannya sedang diburu injury time pendaftaran calon Gubernur di KPU.
Pengamat masih sibuk memperkirakan, akankah Sandi Uno menjadi calon DKI 1 atau yang lain sehingga menurunkan Sandi ke calon DKI 2?. Perkiraan-perkiraan yang muncul adalah Anis Baswedan yang akan digadang, atau Rizal Ramli kah? Atau yang dari PKS yang akan mendampingi Sandi Uno? Kita tunggu bersama.
Sandi Uno sendiri pernah berkata seperti yang dilansir media sosial beberapa waktu lalu, salah satu adalah membalas dendam. Tentunya ini bukan dendam pribadi, tapi mungkin dendam politik terhadap Ahok, dimana pada waktu pencalonan kala itu, dia digadang oleh Gerindra, namun di perjalanan waktu dia memilih mundur dari Gerindra di saat dimana dia sudah menggantikan Bapak Jokowi sebagai gubernur DKI karena Jokowi sudah duduk di RI-1.

Begitu menariknya pilgub DKI, hingga Bapak SBY menyamakan Pilgub DKI hampir sama dengan riuhnya Pilpres kemarin. Dan memang pilgub DKI sangatlah memegang posisi strategis, karena DKI akan menjadi barometer demokrasi di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai ibukota negara hal ini memang sangatlah wajar. Dan jika kita bandingkan dengan Pilpres kemarin, pertarungan Mega, Prabowo dan SBY sekarang nampak lagi di Pilgub DKI.


Wednesday, September 21, 2016

Sejarah HKBP Pulogodang, Resort Rambe Distrik III Humbang

SEJARAH SINGKAT GEREJA HKBP PULOGODANG
Sesuai dengan cerita orang-orang tua terdahulu yang disampaikan turun temurun dan di tulis pertama kali oleh Bapak St.Mas Manullang,,,Bahwasanya Oppoi DR.I.L Nomensen setelah sampai di Barus kemudian beliau melanjutkan penginjilanya hingga sampai ke daerah Pulogodang.Setelah beliau sampai di daerah Pulogodang ada masyarakat yang dapat menerima kehadiranya tetapi ada juga sebagian masyarakat yang tidak menerimanya bahkan mereka berencana akan membunuh Oppui DR.I.L Nomensen.Namun rencana itu gagal,,karena masyarakat yang menerima kehadiranya sempat menyelamatkan beliau dengan menyembunyikan di bonggar-bonggar rumah.Lalu beliau berpesan akan berangkat ke Sibolga mengambil surat ijin dari Residen Van Tapanuli,karena beliau memang berencana akan tinggal lama di daerah Pulogodang.Tetapi pada waktu itu Kerajaan Barus Hulu belum masuk ke pemerintahan kolonial Belanda,sehingga beliau tidak mendapatkan ijin untuk dari Keresidenan Van Tapanuli,,,karena daerah Pulogodang termasuk wilayah Barus Hulu.
Kira-kira tahun 1908 Guru Zending Jonas Situmeang dari Silindung datang ke daerah Pulogodang untuk melakukan penginjilan.Pada waktu itu masyarakat masih sulit menerima jaran penginjilan,dan Guru Jonas Situmeang setiap pagi dan sore mengunjungi mereka di Partungkoan ni Huta.Guru Jonas Situmeang banyak mendapat kritikan,ejekan dan cemoohan,namun beliau tidak menyerah memberitakan inijil,bahkan beliau mengunjungi masyarakat baik ke ladang ataupun ke sawah.
Sekitar Tahun 1910 Guru Jonas Situmeang digantikan oleh Guru Zending yang baru yaitu Guru Lukman Simorangkir.Pada saat itu metode penginjilan dari Gr Lukman Simorangkir masih sama seperti yang diajarkan pendahulunya.Tetapi beliau tidak hanya menginjil kepada orang-orang tua,beliau juga mengumpulkan anak-anak dan diajari bernyanyi.Ketika anak-anak mereka sudah pandai bernyanyi,,semakin banyaklah orang-orang dewasa yang mau berkumpul dan mendengarkan Firman Tuhan.Akhirnya Gr Lukman Simorangkir mengajak mereka untuk berkumpul di sebuah Sopo Godang kira-kira satu jam setiap malam.Gr Lukman Simorangkir mengajari mereka bernyanyi,membaca dan menulis.Ketika masyarakat sudah betul-betul menerima kehadiran Kabar Baik yaitu Firman Tuhan akhirnya Gr Lukman Simorangkir pada Tahun 1912 melaksanakan Ibadah Gereja setiap hari Minggu,dan inilah sebagai Tahun Permulaan Datangnya Injil ke daerah Pulogodang.
Pada Tahun 1913 Gr Lukman Simorangkir digantikan oleh Gr Ikkana Hutapea.Peran Gr Ikkana Hutapea juga sangat penting dalam sejarah pendirian gerja di daerah Pulogodang,karena beliaulah yang mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat dan para tetua adat daerah Pulogodang untuk bersepakat membangun sebuah gedung Gereaj.Ktika itu dari hasil kesepakatan terpilihlah dari antara peserta rapat sebagi Panitia Pembangunan Gereja yakni Petrus Sihotang dari Lumban Sihotang,Julius Sihotang(A.Patreman) dari Lbn Sihotang,Op.Manodos Malau dari Aek Nauli,Salomo Simanullang dari Hutaraja,Jaleus Simanullang dari Panggugunan dan Op Waldemar Simanullang dari Panggugunan.Mereka berhasil membangun sebuah Gereja yang berlokasi di Hasang Bolak,dan diberi nama Gereja HKBP Pulogodang.
Tahun 1915 Gr Ikkana Hutapea digantikan oleh Gr Aron Hutasoit.Beliau mengangkat beberapa orang dari Jemaat sebagi Sintua yakni St.Petrus Sihotang,St.Julius Sihotang,St,Jaleus Simanullang dan St.Salomo Simanullang,mereka berempat menjadi Sintua yang pertama sejak adanya Gereja HKBP di daerah Pulogodang yang ditahbiskan oleh Pendeta Weerchsmith.
Karena ketekunan seluruh jemaat untuk beribadah sehingga pada tahun 1917 Pdt Weerchsmit memberikan sebuah Lonceng Gereja dan sampai saat ini menjadi lonceng gereja HKBP Pulogodang.
Pada jaman itu binatang buas seperti harimau sangat banyak berkeliaran di sekitar daerah Pulogodang,sehingga gdung gereja yang di Hasang Bolak diusulkan untuk dipindahkan.Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan Guru Zending dari gangguan binatang buas.Pada tahun 1918 Rumah Guru Zending kebakaran.
Pada tahun 1919 Gr Ikkana Hutapea digantikan oleh Gr Lassian Pane.Beliulah yang meneruskan rencana pemindahan lokasi gereja dari Hasang Bolak ke sebelah Parit Huta Pulogodang.Tetapi pada saat pembongkaran gereja lama,,kebaktian sementara dilaksanakan di sopo godang di Hutaraja.
Tahun 1923 Gr Lassian Pane digantikan oleh Gr Lemanus Simanjuntak.Beliaulah yang menyelesaikan Pembangunan Gereja Baru yang berloksai di Pulogodang.Adapun Dokumen Loksai Gereja yang disepakati adalah Panjang 100 m,Lebar 40 m diukur dari pinggir Parit ni Huta Pulogodang.Beberapa orang yang membubuhkan tanda tangan dari perwakilan masyarakat dalah : Tuan Nagaja sebagai Jaihutan Simanullang Toruan,Kappung Justin Simanullang dari Hutaraja,Kappung Amani Marbulung Simanullang dari Doloknabolon,Kappung Hinca Simaullang dari Huta Batu,Kappung Amalaman Simanullang dari Pulogodang,Kappung Amani Hobol Simanullang dari Aek Nauli.Kemudian ditandangi St Petrus Sihotang,St Johannes Simanullang,St.Julius Sihotang,St.Jaleus Simanullang,St.Salomo Simanullang.
Kemudian inilah Gr Zending yang pernah bertugas di gereja HKBP Pulogodang : Gr Liberti Sihombing tahun 1925,Gr Wilmar Simanullang Tahun 1938,Gr Sorialam Nainggolan 1942 dan Gr Ferdinan Aritonang Tahun 1949.Selanjutnya Gereja HKBP Pulogodang di pimpin oleh seorang Voorghganger atau Uluan Ni Huria sebagai berikut :
St.Johannes Simanullang,Eliakim Sihombing(penempatan dari Pusat),St.Wismar Simanullang,St.Japun Sihotang,St.Naek Malau,St.Saud Barasa,St.Boni Sihotang,St.Mangasa Simanullang,St.Jaminar Simanullang(sampai sekarang)

Saturday, September 17, 2016

Gereja HKBP dalam berbagai gaya arsitek

HKBP Bahalimbalo Resort Paranginan
Pargodungan HKBP Doloksanggul

HKBP Hinalang Balige

HKBP Mual Nauli Silando Silangit
HKBP Nauli Resort Nommensen Sigumpar


HKBP Sei Sipege Negeri Lama



HKBP Sigumpar Lintongni Huta



HKBP Simanungkalit



HKBP Simanungkalit Dangsina Resort Sipoholon



HKBP Tampahan Balige



HKBP Yogyakarta


HKBP Parlilitan, Ressort Parlilitan Humbahas
HKBP Agape, Marindal Medan


HKBP Balige, Toba Samosir


HKBP Cirebon


HKBP Parparean, Ressort Parparean Distrik IV Toba


HKBP Hinalang, Balige


HKBP Hutagurgur, Resort Imanuel Doloksanggul


HKBP Adolina, Resort Perbaungan, Distrik X Medan Aceh


HKBP Lumbanratus dan HKBP Lumban Jabijabi, Tanotombangan Tapsel


HKBP Malang


HKBP Manyar Surabaya


HKBP Narumonda Hasundutan


HKBP Narumonda, Resort Narumonda, Distrik IV Toba


HKBP Palangkaraya


HKBP Panabari, Tanotombangan Tapsel


HKBP Pendidikan, Resort Pendidikan Medan


HKBP Sei Putih Medan


HKBP Sigumpar I Lintong Nihuta


HKBP Simalingkar B, Medan


HKBP Simamora, Resort Bakkara


HKBP SImamora, Resort Doloksanggul


HKBP Simanullang, Sinambela, Bakkara Baktiraja


HKBP Solo


HKBP Untemungkur, Resort Untemungkur Muara


HKBP Wahidin Baru, Medan


HKBP Yogyakarta

HKBP Tangkerang Pekanbaru

HKBP Sabungan Siborong-borong

HKBP Dumai Jl. Sultan Syarif Kasim

HKBP Immanuel Kelapa Gading


Gereja Setia Negara Pematang Siantar
 




































Saturday, September 10, 2016

Nasihat tentang jari

Prinsip 5 jari.


Ibu jari merasa paling hebat, krn setiap menghargai prestasi orang pasti pakai ibu jari.
Jari telunjuk malah lebih merasa hebat, karena setiap nyuruh orang pasti pakai telunjuk.
Jari tengah tidak mau kalah, karena dialah jari yg paling tinggi diantara jari lainnya.
Jari manis menimpali, bahwa dialah yg paling hebat, lihatlah tuan kita beli emas perhiasan pasti disematkan pada saya, imbuhnya.
Kelingking yg sedari tadi diam, ikut bicara. Akulah yg paling hebat, karena upil yg ada pada tuan akulah yg membuangnya, juga ketika telinga tuan kita kotor akulah yg disuruh membersihkannya.
Sesungguhnya semua jari di tangan itu hebat, tiada satu jari pun yang lebih hebat dari jari lainnya. Kehebatan masing2 sesuai dengan fungsinya masing2 juga.
Demikian halnya dengan kehidupan sosial, masing2 individu memiliki keunggulannya yang tidak dimiliki individu lain.
Dalam sebuah perhelatan, juga terjdi hal yang sama, ada yang memberi sumbangan pemikiran, ada yang memberi sumbangan tenaga, ada yang memberi sumbangan materi.
Namun dalam kenyataan pada umumnya, yang memberi sumbangan materi sering dianggap paling hebat. Lupa akan sumbangan pemikiran, apalagi sumbangan tenaga biasanya sirna tidak dianggap apa-apa.
Perhelatan sukses karena semua peran sumbangsih dipadu, tidak ada yang lebih hebat salah satu diantara peran2 lainnya.
Jangan bermegah diri dengan perananmu dalam sebuah perhelatan. Karena semua hebat semua penting.

Tuesday, September 6, 2016

Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon + Hatuaon



Orang Batak pada umumnya masih familiar dengan ucapan Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon. Dalam lagu berjudul Marragam-ragam sangat jelas disebutkan dalam syairnya bahwa ketiga hal tersebut sangatlah penting bagi orang Batak. Berbagai usaha akan ditempuh untuk mencapai Hamoraon (kekayaan), dengan kegigihan orang Batak sebagai ciri utama salah satu suku bangsa Indonesia ini, pantang menyerah bahkan terkesan ngotot untuk mencapai keinginannya. Hal hamoraon ini memang sangat penting, karena sisi budaya orang Batak sendiri selalu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, mulai sejak lahir, remaja, pernikahan hingga kematian orang Batak tidak lepas dari aturan-aturan adat (budaya) yang diwariskan dari nenek moyang. Tidak heran, beberapa kalangan berprinsip menabung demi hari tua (meninggalnya) orang tuanya. Sehingga terkesan, semas hidupnya banyak orang tua di masa tuanya seolah-olah ditelantarkan oleh anak-anaknya. Tidak sedikit kalangan berduit mempersiapkan pesta kematian orang tuanya dengan tabungan yang tergolong wah, bisa2 mencapai puluhan juta rupiah. Apalagi jika orang tua yang sudah uzur bukan kalangan berada, sehingga anak2nya lah kelak yang akan menanggung biaya adat kematian orang tuanya, mungkin salah satu pemicu orang2 Batak untuk mempersiapkan biaya kematian orang tuanya dan mengesampingkan biaya semasa hidupnya.
Faktor lain yang mendorong seseorang mengejar hamoraon adalah sifat sosial orang Batak yang kental sejak dulu. Ada istilah paramak sobalunon partataring so ra mintop, artinya orang Batak suka menjamu tamu. Jika seseorang tidak berkecukupan (mamora) bagaimana mungkin bisa menerapkan "suka bertamu", karena bertamu membutuhkan biaya juga.
Semakin tinggi tingkat hamoraon seseorang akan mendorong statusnya ke arah Hasangapon (dihormati). Seseorang akan didaulat jadi pemimpin di kelompok marga masing2, dipengaruhi oleh faktor "sinadongan", atau terjemahan bebasnya uang. Uang terkait juga dengan hamoraon, bahkan sebagai calon yang dituakan di sebuah gereja pun tak lupt dari faktor hamoraon seseorang meski bukan itu syarat utama untuk menjadi dituakan di gereja.
Hal kedua yang selalu diidam2kan orang Batak adalah Hagabeon (keturunan). Sebelum penyebaran agama Kristen di tanah Batak, konon cerita, anak laki2 sangat berharga bagi orang Batak sebagai penerus generasi (tarombo), demikian pentingnya laki2 hingga seseorang yang sudah menikah dan hanya memiliki anak perempuan, akan disuruh nikah lagi dengan harapan memperoleh keturunan laki-laki. Dalam pesta pernikahan orang Batak dulu terkenal umpasa, eme ni silindung tu eme ni sipoholon, tubu anak sampulu pitu dohot boru sampulu onom. Umpasa ini menyiratkan bahwa orang Batak sangat mendambakan memiliki banyak keturunan, dan keturunan laki2 lah yang diharapkan paling banyak.
Hagabeon ini berkaitan erat dengan niat orang Batak memperoleh hamoraon yakni agar bisa menghormati orang tua di masa tuanya terutama di acara adat kematiannya. Jika keturunanya banyak, maka pesta adat kematiannya akan meriah dan biaya yang ditanggung bersama bisa terasa ringan karena banyak yang memikul biaya bersama-sama.
Hasangapon. Seseorang yang mengantongi hamoraon dan hagabeon berharap memperoleh hasangapon (dihormati). memang tidak bisa dipungkiri, bahwa status seseorang untuk dihormati sangat bergantung pada harta yang dimiliki dan keturunan yang berkualitas serta jumlah yang banyak. jika seseorang dijuluki Raja Sisungkunon artinya segala sesuatu yang akan diputuskan dalam sebuah kelompok adat atau marga akan terlebih dahulu dimintai pendapat dari seseorang yang dihormati tersebut barulah diputuskan secara sah. Status seperti ini sangat didamba-dambakan banyak kalangan.
Di alam terkini secara masuknya Kristen ke tanah Batak, tiga hal tersebut ternyata tidak cukup. Haus ditambah satu "H" lagi, yakni "Hatuaon = Kebahagiaan". Orang kaya (mamora) belum tentu bahagia, orang gabe (banyak keturunan) belum tentu bahagia, dan orang Sangap (dihormati) belum tentu bahagia.
Tiga "H= Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon" harus dihimpun dengan "Hatuaon". Darimana datangnya "Hatuaon"?, dari rasa bersyukur, dari kesadaran pribadi akan keagungan Tuhan, dari dalam diri yang mau merendahkan diri di hadapan Tuhan.

Saturday, September 3, 2016

Dainang Pangintubu

Loja do ho Inang parmudu-muduhon hami
Sian bortianmi nunga dihaojahon ho hami
Dimeme, diparidi, diparabiti ho hami
So suang dope lojam sian hauma
Ikkon loja dope ho dung sahat tu jabu alani hami
Ditinggang udan, didadang las ni ari gunom tu gambo
Ido ngolum siapari holan pasari-sari hami
Tung so diboto hodo ungut-ungut saleleng on
Sandok gogom sude dilehon ho lao manarihon hami
Dipasingkolahon ho do hami sian sasude gogom
Nang pe naung ditinggalhon damang parsinuan i
Sasada ho do manarihon hami
tarlumobi hami nadua siampudan mon


Sipata do ra male siubeonmi di tonga sabai
Alai sai dinunuti ho do namangula i
Asa adong panganon nami sude gellengmon
Sia ma hami boras ni bortian mi
Lima ma nuaeng na mangolu dope
Torop do pinomparmu sian hami
Anggiat ma i pinompar siboan goar tau hasangapon mu ale Inang


Saonari di hatuaon mon, sipata do manetek ilungki
Dang tarbahen hami akka gellengmon pasonanghon rohami
Di hatuaon mon nunga lam gale pamatang mi ale Inang
Tangan mu na gogo mangula i nunga marhesuk
Patmu na ringgas mardalan tu hauma i nunga marmet-met


Dang boi huompa hami ho arian borngin
Songon nabinaenmu tingki pagodang-godanghon hami
Dang tarsulangan hami ho Inang ganup manogot
Songon nabinaenmu tu hami tingki dakdanak
Dang tinggil be sipareonmu
songon tikki hametmeton nami
tinggil umbege tangis nami, tangi umbege pangidoan nami
Nunga hurang torang parnidaanmu
dang songon tikki manogu-nogu tangan nami asa unang tarrobung
Nunga lam nanget soaram Inang pangintubu
dang songon tikki si hadakdanakon nami
Tangkas soarami mamodai hami
Asa boi pantun marpangalaho,
jala asa unang manimbil sian dalan na suman
Nambur sogot ni ari ditas-tas ho doi Inang
Hirang di simajujungmi dok-dok so dihilala ho Inang
Gadong do isini hirang mi, lao baen tugo nami di arian na
Dung mulak sian parsikkolaan andorang so tu hauma
Maheu do ho sipata Inonghu
Molo sipata dang huoloi hami nanidokmi
Dung saonari pe husadari angka pambaenan nami i
Inang pangintubu, aut naung godang sinamot hu
Dang pola songon on ilu-ilungku
Nang pe tangkas huboto, dang apala sinamot i na palashon roham
Aha ma na tau baenonhu tu ho Inang
Dang tardok au Anakmu Siampudan on
Tangkas do nian huboto, dang olo ho mangido sian hami
Alai tung beha pe dainang,
songon akka endei mandok,'
napuran sangkababa pe nian atik boi lehononku
Inang Pangintubu,
Pagogo ma tangiangmi
Lam padoras mangidohon tu Tuhan i
Anggiat lam tamba pansamotan di au Siampudan mon
Nanggo apala didai ho natabo sian au
andorang di ngolumon dope
Hata nijolmai, tangis di sihabunian mekkel di sihapataran do au dainang