Tuesday, September 6, 2016

Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon + Hatuaon



Orang Batak pada umumnya masih familiar dengan ucapan Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon. Dalam lagu berjudul Marragam-ragam sangat jelas disebutkan dalam syairnya bahwa ketiga hal tersebut sangatlah penting bagi orang Batak. Berbagai usaha akan ditempuh untuk mencapai Hamoraon (kekayaan), dengan kegigihan orang Batak sebagai ciri utama salah satu suku bangsa Indonesia ini, pantang menyerah bahkan terkesan ngotot untuk mencapai keinginannya. Hal hamoraon ini memang sangat penting, karena sisi budaya orang Batak sendiri selalu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, mulai sejak lahir, remaja, pernikahan hingga kematian orang Batak tidak lepas dari aturan-aturan adat (budaya) yang diwariskan dari nenek moyang. Tidak heran, beberapa kalangan berprinsip menabung demi hari tua (meninggalnya) orang tuanya. Sehingga terkesan, semas hidupnya banyak orang tua di masa tuanya seolah-olah ditelantarkan oleh anak-anaknya. Tidak sedikit kalangan berduit mempersiapkan pesta kematian orang tuanya dengan tabungan yang tergolong wah, bisa2 mencapai puluhan juta rupiah. Apalagi jika orang tua yang sudah uzur bukan kalangan berada, sehingga anak2nya lah kelak yang akan menanggung biaya adat kematian orang tuanya, mungkin salah satu pemicu orang2 Batak untuk mempersiapkan biaya kematian orang tuanya dan mengesampingkan biaya semasa hidupnya.
Faktor lain yang mendorong seseorang mengejar hamoraon adalah sifat sosial orang Batak yang kental sejak dulu. Ada istilah paramak sobalunon partataring so ra mintop, artinya orang Batak suka menjamu tamu. Jika seseorang tidak berkecukupan (mamora) bagaimana mungkin bisa menerapkan "suka bertamu", karena bertamu membutuhkan biaya juga.
Semakin tinggi tingkat hamoraon seseorang akan mendorong statusnya ke arah Hasangapon (dihormati). Seseorang akan didaulat jadi pemimpin di kelompok marga masing2, dipengaruhi oleh faktor "sinadongan", atau terjemahan bebasnya uang. Uang terkait juga dengan hamoraon, bahkan sebagai calon yang dituakan di sebuah gereja pun tak lupt dari faktor hamoraon seseorang meski bukan itu syarat utama untuk menjadi dituakan di gereja.
Hal kedua yang selalu diidam2kan orang Batak adalah Hagabeon (keturunan). Sebelum penyebaran agama Kristen di tanah Batak, konon cerita, anak laki2 sangat berharga bagi orang Batak sebagai penerus generasi (tarombo), demikian pentingnya laki2 hingga seseorang yang sudah menikah dan hanya memiliki anak perempuan, akan disuruh nikah lagi dengan harapan memperoleh keturunan laki-laki. Dalam pesta pernikahan orang Batak dulu terkenal umpasa, eme ni silindung tu eme ni sipoholon, tubu anak sampulu pitu dohot boru sampulu onom. Umpasa ini menyiratkan bahwa orang Batak sangat mendambakan memiliki banyak keturunan, dan keturunan laki2 lah yang diharapkan paling banyak.
Hagabeon ini berkaitan erat dengan niat orang Batak memperoleh hamoraon yakni agar bisa menghormati orang tua di masa tuanya terutama di acara adat kematiannya. Jika keturunanya banyak, maka pesta adat kematiannya akan meriah dan biaya yang ditanggung bersama bisa terasa ringan karena banyak yang memikul biaya bersama-sama.
Hasangapon. Seseorang yang mengantongi hamoraon dan hagabeon berharap memperoleh hasangapon (dihormati). memang tidak bisa dipungkiri, bahwa status seseorang untuk dihormati sangat bergantung pada harta yang dimiliki dan keturunan yang berkualitas serta jumlah yang banyak. jika seseorang dijuluki Raja Sisungkunon artinya segala sesuatu yang akan diputuskan dalam sebuah kelompok adat atau marga akan terlebih dahulu dimintai pendapat dari seseorang yang dihormati tersebut barulah diputuskan secara sah. Status seperti ini sangat didamba-dambakan banyak kalangan.
Di alam terkini secara masuknya Kristen ke tanah Batak, tiga hal tersebut ternyata tidak cukup. Haus ditambah satu "H" lagi, yakni "Hatuaon = Kebahagiaan". Orang kaya (mamora) belum tentu bahagia, orang gabe (banyak keturunan) belum tentu bahagia, dan orang Sangap (dihormati) belum tentu bahagia.
Tiga "H= Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon" harus dihimpun dengan "Hatuaon". Darimana datangnya "Hatuaon"?, dari rasa bersyukur, dari kesadaran pribadi akan keagungan Tuhan, dari dalam diri yang mau merendahkan diri di hadapan Tuhan.

No comments: