Friday, September 23, 2016

Menakar muatan gerbong Pilkada DKI 2017

Kemungkinan besar gerbong Pilkada DKI 2017 akan ada 3, yakni Petahana (Ahok-Jarot), Poros Cikeas (Agus B.H-Silviyana Murni) dan Koalisi Gerindra-PKS (Sandi Uno- ......).



Bagi petahana, menang kalah tidak menjadi persoalan utama. Ahok sering melontarkan itu di depan umum, Bahwa jabatan buat dia adalah amanah, tidak jadi gubernur pu tidak jadi masalah asal ada calon yang lebih baik dari dia. Gerbong Ahok bagaikan magnet yang dikelilingi bijih besi, makin bergerak makin banyak yang mendekat lalu nempel. Satu juta lebih KTP telah terkumpul oleh anak-anak muda yang menamakan diri Teman Ahok. Mereka bergerak bagaikan semut, pelan namun pasti satu persatu KTP penduduk DKI terkumpul dari hari ke hari, minggu ke minggu, pengumpulan KTP terus berjalan hingga mencapai satu juta lebih, ibarat makanan semut yang diseret satu persatu ke sarangnya, sedikit demi sedikit lama-lama membukit. Hingga akhirnya Teman Ahok percaya diri mengusung Ahok lewat jalur independen. Perjuangan tidak mulus, para pemangku pembuat undang2 menghardik kehadiran teman ahok dengan persyaratan proses verfikasi KTP diberi waktu yang sangat minim yakni 3 hari. itu juga dengan metode sensus, satu persatu ke alamat bersangkutan.
Dalam situasi agak tertekan di kalangan Teman Ahok, datang partai Nasdem mengulurkan tangan akan mendukung Ahok dengan tanpa syarat mau lewat jalur independen atau parpol, Nasdem mendukung penuh Ahok, lalu disusul oleh partai Hanura terakhir partai Golkar, memberi dukungan tanpa syarat.
PDIP sebagai pemasok kursi terbanyak di DPRD DKI bermain cantik, dengan menggelar penjaringan calon, pelaksanaan sekolah partai, dan bersilang pendapat para kader di media massa, ujung-ujungnya memutuskan mencalonkan Ahok.
Gerbong Ahok sangat gemuk, karena setiap gerbongnya bergerak banyak yang mendekat lalu nempel. Pada pendaftaran calon Gubernur, Ahok kembali menegaskan sikap nasionalismenya dengan mengajak para calon plus pendukung calon untuk beradu program bukan beradu sara. Dan gerbong ini jelas arahnya yakni menjadi pemimpin DKI dengan segala program yang telah ada untuk memajukan DKI. DKI menjadi sangat strategis untuk dibicarakan, karena merupakan etalse Indonesia. Jakarta lah gambaran mini Indonesia.
Kelihatannya kekuatan gerbong ini adalah untuk DKI, tidak akan meloncat ke RI 1, tapi ada sebagaian para pendukungnya mengharapkan gerbong ini bisa membawa Ahok ke jenjang yang lebih tinggi lagi, ya mungkin ke RI 2.


Gerbong Poros Cikeas kelihatannya lebih ramping, karena hanya diisi oleh beberapa Parpol saja tanpa relawan. Kekuatan gerbong ini kelihatannya hanya mengandalkan kekuatan mesin partai plus jual nama mantan presiden.
Poros ini membuat kejutan, karena selama ini adem ayem saja, tapi tiba-tiba dalam pengumumannya menghadirkan sosok yang tidak diperhatikan publik selama ini. Agus B.H. yang merupakan prajurit TNI berpangkat Mayor, dan sedang menjabat Danyon di salah satu Yonif.
Hadirnya Agus B.H. sementara menghadirkan analisa awam publik, akan mengikuti jejak Bapak Jokowi dari gubernur DKI melonjak ke RI 1. Kelihatannya sang Pangeran Cikeas ini kelak akan digadang ke RI 1, jika nanti bisa memenangkan pertandingan di DKI. Dan jikapun tidak keluar sebagai pemenang, anggap saja ini pemanasan ringan untuk kemunculannya di hadapan publik.
Menarik untuk diikuti, jika kelak menjadi gubernur, maka pangkat tertinggi di ketentaraannya akan mentok di pangkat Mayor. Pertanyaan akan muncul, jika digadang ke RI 1, relakah para Jenderal nantinya akan dipimpin oleh pensiunan dini Mayor?. Nanti akan terjawab jika skenario berjalan. Publik juga akan mengikuti jejak langkahnya, akan kah bisa melepas bayang-bayang nama besar Bapak mantan Presiden RI ke-6 itu?. Jawabannya sama, nanti akan terjawab di perjalanan karier politik sang Pangeran.



Gerbong ketiga, yang belum muncul juga ke permukaan adalah Koalisi Gerindra-PKS dengan Sandi Uno menjadi salah satu jagoannya. Gerbong ini kelihatannya belum bergerak, mungkin penentuan masinis yang akan menjalankan gerbong masih dalam tahap pembahasan. Kondisi perampungannya sedang diburu injury time pendaftaran calon Gubernur di KPU.
Pengamat masih sibuk memperkirakan, akankah Sandi Uno menjadi calon DKI 1 atau yang lain sehingga menurunkan Sandi ke calon DKI 2?. Perkiraan-perkiraan yang muncul adalah Anis Baswedan yang akan digadang, atau Rizal Ramli kah? Atau yang dari PKS yang akan mendampingi Sandi Uno? Kita tunggu bersama.
Sandi Uno sendiri pernah berkata seperti yang dilansir media sosial beberapa waktu lalu, salah satu adalah membalas dendam. Tentunya ini bukan dendam pribadi, tapi mungkin dendam politik terhadap Ahok, dimana pada waktu pencalonan kala itu, dia digadang oleh Gerindra, namun di perjalanan waktu dia memilih mundur dari Gerindra di saat dimana dia sudah menggantikan Bapak Jokowi sebagai gubernur DKI karena Jokowi sudah duduk di RI-1.

Begitu menariknya pilgub DKI, hingga Bapak SBY menyamakan Pilgub DKI hampir sama dengan riuhnya Pilpres kemarin. Dan memang pilgub DKI sangatlah memegang posisi strategis, karena DKI akan menjadi barometer demokrasi di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai ibukota negara hal ini memang sangatlah wajar. Dan jika kita bandingkan dengan Pilpres kemarin, pertarungan Mega, Prabowo dan SBY sekarang nampak lagi di Pilgub DKI.


No comments: